Mana Lebih Sehat Minyak Canola atau Zaitun


Kita pasti sering mendengar minyak canola dan zaitun direferensikan sebagai minyak sehat. Tapi, apakah keduanya memiliki fungsi yang berbeda?
Mana Lebih Sehat Minyak Canola atau Zaitun
Menurut Riani Susanto, ND, CT, naturopathy doctor dari Klinik Harmony Zone, jika ingin berbicara mengenai minyak mana yang paling baik, sebaiknya kita awali dengan menemukan perbedaan keduanya. Pertama, harus dipahami dulu jenis-jenis lemak yang umum terkandung di dalam minyak.

Semua minyak mengandung 3 jenis lemak (fat) dengan kadar yang berbeda-beda. Pertama adalah saturated fat atau minyak jenuh. Minyak ini, menurut Riani, banyak terdapat di dalam keju, mentega, butter, telur, daging, kelapa, kacang tanah, cottonseed, dan biji palem. Ada juga monounsaturated fat atau minyak tak jenuh tunggal dan polyunsaturated fat atau minyak tak jenuh ganda.

Dan minyak canola (oleic rapeseed), tambah Riani, mengandung 60 persen lemak tak jenuh tunggal, 34 persen lemak tak jenuh ganda, dan 6 persen lemak jenuh. Minyak Zaitun mengandung 82 persen lemak tak jenuh tunggal, 12 persen lemak tak jenuh ganda, dan 6 persen lemak jenuh.

Riani pun menyarankan agar kita memilih minyak dengan label "Unrefined", "Fresh", atau "Cold Pressed Polyunsaturated Oil". Contoh minyak yang diolah dengan cold pressed adalah minyak zaitun. Minyak cold pressed tidak boleh dipanaskan karena nanti akan merusak manfaat sehatnya. Untuk keperluan menumis (bukan menggoreng), gunakan minyak dengan label "Unrefined Monounsaturated", contohnya minyak kelapa.

Minyak canola, menurut Riani, direkomendasikan karena rendah lemak jenuh. Tapi, karena bahan dasarnya diambil dari rekayasa genetika dan melalui proses refined, Omega-3-nya jadi hilang.

Sekadar info, tambah Riani, sekarang ini banyak dijual minyak yang disebut highly refined polyunsaturated vegetable oil, dengan mencantumkan label "Bebas Kolesterol, Rendah Lemak Jenuh." Dengan label itu, kita pikir ini bisa mengurangi risiko penyumbatan pembuluh darah. Tapi, yang terjadi adalah sebaliknya.

"Minyak yang melalui proses refined akan tetap menimbulkan problem kesehatan seperti stroke dan gangguan jantung," papar Riani yang juga anggota Dewan Penasihat Prevention. (SiagianPriska)

Komentar